Rabu, 22 Desember 2010

RENUNGAN I

KISAH SEORANG IBU MENDIDIK ANAKNYA


Mengawali pagi hari ini tentang kisah kasih seorang ibu dengan anaknya, ya seorang temanku yang tengah merasakan kebahagiaannya memiliki seorang anak laki-laki yang menjadi bunga hatinya. Dialah Akmal, nama malaikat kecil tersebut

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa,

Sepenggal lirik lagu di atas kiranya sangat cocok dalam mengambarkan kasih dan sayang seorang ibu kepada anaknya.

Hmm.. Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kita hadir ke dunia ini begitu saja? Jawabannya tentu saja “tidak”. Ada sosok pribadi yang telah rela mempertaruhkan nyawanya, sehingga kita bisa menghirup udara segar di bumi Alloh yang indah ini. Yah, dialah “ibu”. Seorang wanita penuh berjuta kasih. Lewat pengorbanan dan perjuangan beliau kita bisa mengecap manisnya madu kehidupan. Bukan hanya darah, tetesan air mata dan juga peluh kesakitan, namun juga untaian do’a dan harapan disenandungkan untuk kesejahteraan dan kebahagian kita, anaknya. Luar biasa ya...

Hari ini aku menyaksikan sendiri, kasih sayang seorang ibu yang terpancarkan langsung pada anaknya... Seorang anak laki-laki berusia sekitar 3 tahun lebih yang memiliki sikap aktif, sehingga bagi orang tua yang tidak bersabar tentu tidak akan tahan menghadapi sikap sang anak. Banyak pertanyaan kecil yang sering dilontarkan sang anak pada ibunya, hingga terkadang sang ibu kejebolan dan kewalahan dalam menjawab pertanyaan si anak. Terkadang hanya sebuah jawaban sederhana melalui sunggingan senyum manis sang ibu sudah mampu membuat si anak merasa puas dan terpenuhi segala hasrat keingintahuannya.

Terkejut rasanya ketika mengetahui ritual yang sering dilakukan oleh sang ibu terhadap anaknya setiap malam. Sebelum si anak memejamkan mata, sang ibu berkata; "Ibu sayang Akmal, Akmal sayang ibu... Yuk kita berpelukan" sejurus kemudian mereka berpelukan dan tumpah ruah keharuan setiap malam itu, sebuah aktivitas sederhana namun penuh makna di dalamnya, mengikat antara batin seorang ibu dengan anaknya. Subhanalloh

Ya... Didikan seorang ibu atau ayah lah yang akan membuat kita semakin tahu, siapa diri kita sebenarnya. Sebuah pendidikan yang dimulai sejak usia dini, akan memberi pengaruh luar biasa terhadap perkembangan si anak ketika dewasa kelak. Dan itulah perjuangan serta pengorbanan orang tua untuk kita, anak-anaknya.

Namun, jangan kita mengira kalau perjuangan dan pengorbanan itu dimulai hanya dari semenjak kita lahir saja. Perlu kita sadari bersama, bahwa pengorbanan dan perjuangan itu sudah dimulai jauh sebelum tangisan pertama kita terdengar. Ya sembilan bulan sebelum itu seorang ibu telah mengandung dan membawa kita kemana-mana dengan penuh cinta dan kasih sayang. Belum lagi ketika melahirkan kita, seorang ibu harus bersabung nyawa antara hidup dan mati. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat luar biasa. Hanya wanita yang tangguh dan memiliki cinta kasih yang luar biasa yang mampu menjalani dan melewati itu semua. Cinta kasih itulah yang telah membuat seorang ibu mampu memikul beban yang luar biasa itu. Rasa itu jugalah yang telah membuat ibu sanggup menahan penat, lelah dan berjuta rasa tidak nyaman yang mendera ketika mengandung dan melahirkan kita.Hiks... terharu.

Percayalah... Ibu adalah wanita yang hebat. Bahkan sangat hebat dan luar biasa. Tidak ada satu katapun yang pantas dan bisa untuk melukiskan kehebatan kasih sayang seorang ibu. Ibu adalah sosok pribadi yang pemberi. Seorang pemberi tanpa pamrih dan selalu diiringi dengan hangatnya kasih sayang. Mulai dari do’a, pengorbanan yang tulus, tenaga, pikiran, waktu, harta benda dan juga air mata telah diberikan oleh seorang ibu kepada kita. Hanya satu harapan beliau, yaitu supaya anak-anaknya bisa bahagia dan hidup sejahtera. Sederhana kan?

Lihatlah diri kita saat ini... Kini kita sudah dewasa. Mungkin ada sedikit penyesalan akan didikan orang tua yang salah ataupun kurang sedari kita kecil. Tak mengapa... Mungkin itu karena ketidaktahuan kedua orang tua kita. Tapi, jangan jadikan alasan ketika kini sikap kita mengecewakan kedua orang tua lantas menjudge bahwa ini kesalahan orang tua dalam mendidik semasa kecil. Masih ada harapan... Untuk bisa belajar menjadi orang tua yang baik, yang mampu mendidik anak-anak kita kelak dengan didikan luar biasa. Agar menghasilkan generasi-generasi penerus yang sholih/ah.

Dan... Mulailah saat ini berkomitmen untuk tidak akan melukai hati orang tua kita. Mulai saat ini mari kita berjanji untuk tidak akan membuat seorang ibu ataupun ayah meneteskan air mata, akibat luka karena sayatan pisau perbuatan buruk kita. Seperti ketika rasa kecewa menyerang ibunya Akmal yang diutarakan pada si anak, kemudian si anak berjanji untuk tidak akan membuat sedih hati ibunya lagi. Hingga bercucurlah air mata sang ibu, mendengar janji tulus si anak yang masih berusia balita tersebut.

Mulai hari ini mari kita tingkatkan bakti kepada ibu maupun ayah kita. Ketika beliau sudah tiadapun kita masih harus berbakti melalui do’a. Do’a seorang anak yang sholih/ah... Insya Alloh akan diijabah.

Tidak ada komentar: