SETIAP memasuki bulan April, perempuan di Indonesia pasti akan teringat pada RA Kartini. Lalu, biasanya peringatan terhadap gagasan, ide, dan perjuangan perempuan ningrat Jawa untuk sesama perempuan itu akan diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang jauh melenceng dari pikiran-pikiran tokoh emansipasi perempuan itu. Peringatan untuk perempuan yang bersikukuh bahwa memajukan perempuan adalah melalui pendidikan ini tidak lagi berwujud lomba berkebaya, lomba memasak, lomba putri luwes, atau beramai-ramai berbusana daerah seperti berpuluh tahun yang lalu terjadi.
"Perempuan itu secara kodrati diberi kelebihan untuk melahirkan kehidupan, tetapi dia juga bukan superwoman. Dan pada era globalisasi, perempuan harus lebih yakin terhadap kemampuan dirinya dan jangan ketinggalan dengan kaum laki-laki, tapi tetap harus menyadari meskipun hidup di dalam dunia yang didefinisikan laki-laki, nasib perempuan tetap ada di tangan perempuan sendiri itu sendiri.
Begitu juga di Perum Pancur Biru Lestari II, RW. III, RT. 02 walaupun 21 April tidak diperingati secara khusus, tapi kedepan harus dipikirkan untuk membuat suatu gebrakan guna memperingati hari Kartini, karena banyak lahir Kartini-Kartini kecil yang perlu ditumbuhkembangkan rasa nasionalismenya dan pembinaan serta souri tauladan dari para orang tuanya dan lingkungan mereka bergaul dalam keseharian. Peran TPA-TPQ Al-Muhajirin sebagai wadah dan orang tua haruslah maksimal. Mari tatap kedepan demi tersemainya generasi yang mumpuni dan mudah-mudahan bisa menjadi wanita-wanita yang dapat dihandalkan seperti halnya Raden Ajeng Kartini, yang tetap tidak melupakan kodratnya sebagai kaum perempuan.